Minggu, 13 Maret 2016

Bakemono no Ko: Flat Composition




Pertama-tama akan saya awali dengan.., THIS MOVIE IS GREAT, period. Here is why.., sebenarnya banyak aspek-apek yang luar biasa dalam film ini, tapi kali ini akan saya fokuskan hanya pada komposisi, komposisi dari Mamoru Hosoda (sutradara). Mamoru Hosoda memulai debutnya sebagai sutrada dari short-movie animasi yang juga luar biasa, Digimon (1999). Gaya komposisi dari Hosoda sendiri mulai terlihat dan terus memantapkan wujudnya seiring dengan film-film animasi terbarunya; Girl Who Leapt Through Time (2006), Summer Wars (2009), Wolf Children (2012).
Dalam film terbarunya ini, Hosoda memantapkan keunikanya sebagai sutradara film animasi. Komposisi scene-scene dalam film terbarumya ini mayoritas akan terlihat Flat, atau bahkan terkadang Orthogonal. Komposisi seperti ini digunakan secara konsisten dalam film, terlepas dari komposisinya yang datar film ini tetap mampu membuat tiap adegan tetap menarik. Kok bisa? jawabnya sederhana, Nirmana. Teori nirmana adalah teori paling dasar yang harus dikuasai para perupa. Teori ini berguna sebagai landasan bagaimana mengorganisasikan berbagai obyek dalam sebuah frame. Prinsip-prinsip dasarnya mencakup;
• Kesatuan (Unity)
• Keseimbangan (Balance)
• Irama (Rhythm) 
• Dominasi/Emphasis (Domination)
• Kejelasan (Clarity)
• Kesederhanaan (Simplicity)


Tetapi apa yang membuat komposisi Hosoda ini "Spesial" adalah bagaimana hubungan antara dua scene atau lebih ini membentuk makna baru yang jelas. Pada umumnya sebuah komposisi dalam frame dapat berdiri sendiri secara artistik maupun maknanya. Namun pada sebuah film hal tersebut saja akan terasa cacat tanpa adanya hubungan antar cut yang menarik. Berikut adalah contoh bagaimana Hosoda mengeksekusi cut;



Jika dilihat secara terpisah maka scene satu hanya akan menunjukan seseorang yang latihan, namun dengan adanya scene kedua dengan komposisis yang hampir sama. Kedua adegan ini menunjukan proses niru dan niteni seorang murid kepada guru namun belum sempurna, dan dapat memunculakan sedikit comedic relief.
Dalam film ini juga sering ditunjukan sebuah perbincangan antara beberapa orang dalam satu shot yang datar. Hal ini sering dilakukan oleh sutradara-sutradara Korea dan Jepang belakangan ini. Dengan menunjukan seluruh anggota perbincangan, penonton bebas mengubah fokus dan menikmati aksi, reaksi, dan ekspresi dari tiap karakter dalam frame.

THE LATERAL TRACKING SHOT, Salah satu ciri khas yang mulai muncul dalam filmnya Wolf Children dan kemudian di mantapkan kembali dalam film ini. Yang dimaksud dengan shot tersebut adalah gerakan lurus secara horisontal dari kamera. Untuk penjelasan lebih lanjut silahkan lihat dalam video dibawah ini, RECOMMENDED Youtube Channel:



Lateral tracking shot digunakan untuk 
menunjukan sekaligus menyembunyikan perkelahian

Re-USE, Re-USE, Re-USE, re-use suatu background maupun setting dalam animasi sering dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya. Hosoda melakukan reuse ini dengan sangat efektif dan efisien, sehingga, meskipun banyak background yang diulang berkali-kali adegan tersebut tidak terasa monotone. Pada dasarnya reuse shot seperti ini bisa membangun empati dengan audien dengan lebih dalam. Karena pada keadaan normal setiap orang akan mengamati suatu tempat berkali-kali dengan view yang sama, entah itu rumah, kantor, maupun jalan. Yang kita ingat pada saat itu bukanlah bagaimana atau darimana kita memandang tempat itu, tapi apa yang sedang terjadi di situ.




Clarity Fight, Adegan pertarungan biasanya adalah adegan yang sangat ditunggu-tunggu dalam anime. Sakuga dalam fight scene biasanya akan diikuti dengan gerak kamera yang luarbiasa rumit dan manuver-manuver yang esktreme. Mamoru Hosoda dalam film ini lebih cenderung menggunakan komposisi klasik asia untuk pertarungan, dimana kamera tidak bergerak sama sekalai atau hanya sedikit, contoh lain dari komposisi seperti ini terdapat pada film-film Jackie Chan. Berbeda dengan cut-to-cut action hollywood, adegan pertarungan semacam ini mengandalkan koreografi yang apik dan membiarkan penonton menikmatinya dengan jelas tanpa harus kelelahan dengan pergerakan kamera. Mamoru Hosoda juga menggunakan kompsisi ini dalam beberapa adegan pertarungan dalam Summers Wars.



Jadi dapat kita lihat bahwa sesuhungguhnya stagging yang datar dan standar sekalipun dapat memberi pengaruh yang besar dalam cerita maupun emosi suatu adegan. Sekian analisis singkat saya.., 

    Have us seen it? Go Rewatch It!!!!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar